BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Perubahan sosial dalam bidang pendidikan, keduanya saling bertautan satu sama lain. Keduanya saling mempengaruhi, sehingga sangat berdampak luas di masyarakat. Pendidikan dapat dijadikan sebagai agen perubahan sosial dan sekaligus menentukan arah perubahan sosial yang disebut dengan pembangunan masyarakat. Sedangkan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat setiap kalinya dapat direncanakan dengan arah perubahan yang ingin dicapai. Namun, perubahan sosial juga dapat terjadi setiap saat tanpa harus direncanakan terlebih dahulu yaitu yang disebabkan pengaruh budaya dari luar yang tidak dapat dicegah terjadinya.
Pendidikan sejak dulu sampai sekarang merupakan hal terpenting dalam hidup manusia. Pendidikan memberikan kemajuan pemikiran umat manusia, sehingga taraf hidup mereka meningkat. Dalam perkembangannya dari zaman ke zaman pendidikan berubah menjadi suatu sistem. Berkembangannya teknologi dan globalisasi yang semakin meluas mempercepat perubahan sosial dari bidang manapun termasuk pula di bidang pendidikan. Maka dari itu, kami akan mengangkat permasalahan ini ke dalam sebuah makalah.
RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud perubahan sosial?
Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
Apa hakikat sosial dari pendidikan?
Apa pengaruh perubahan sosial di bidang pendidikan?
TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui pengertian sosial.
Untuk mengetahui pengetian pendidikan.
Untuk mengetahui hakikat sosial dari pendidikan.
Untuk mengetaetahui pengaruh perubahan sosial di bidang pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PENDIDIKAN
Perubahan sosial merupakan bentuk-bentuk baru dari kondisi yang lama. Perubahan sosial terjadi sebagai konsekuensi aktifitas manusia, inovasi, kemajuan sains, dan sebagainya. Perubahan sosial ini menjadi salah satu kajian terpenting dalam sosial pendidikan. Perubahan sosial yang terjadi membuat kajian sosiologi pendidikan semakin komplex dan luas. Sebagaimana dikatakan ritzer dan good man (2004) perubahan sosial menjadi setting kajian sosiologi yang terus berkembang seiring dengan perubahan yang terjadi oleh sebab itu, kemunculan refolusi politik, yaitu revolusi prancis pada 1989 dan revolusi yang berlangsung sepanjang abad ke 19. Merupakan faktor yang paling besar perannya dalam perkembangan teori sosiologi. Perubahan sosial yang terjadi dalam sejarah dunia yang terjadi seperti refolusi industri, kemunculan kapitalisme, sosialisme, feminisme, urbanisme, perubahan keagamaan, dan perubahan sains semua menjadi agen yang membangun perkembangan kajian perubahan sosial dari sudut sosiologi. Dari kajian perubahan sosial itu pula lahir berbagai aliran teori dalam sosiologi.
Mulai dari ibn khaldun (1332-1406) , comte (1798-1878) Dhurkeim (1858-1979) sampai pada sosiologi modern, perkembangan teori yang di kemukakan oleh masing-masing sosiolog tersebut tidak terlepas dari kajian perubahan sosial. Oleh sebab itu perubahan sosial menjadi kajian yang berterusan dalam sosiolog pendidikan sampai kini. Kegunaan konsep perubahan sosial dalam pendidikan adalah untuk mengetahui akar persoalan perubahan dan bentuk apa yang harus dilakukan pada masyaralat yang berubah tersebut. Misalnya saat sekarang, perilaku masyarakat yang jauh berubah dalam masalah pemaknaan moralitas maka yang di perlakukan dlalam pendidikan adalah pendidikan moral. Dengan mengedepankan tokoh-tokoh rujukan. (Hanani,2013).
Menurut Kingsley davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Menurut Gillin dan gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu fariasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geogerafis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat Samuel koening mengatakan bahwa perubahan ssosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi mana terjadi karena sebab-sebab intern maupun sebab-sebab ekstern.
Definisi lain dari selo soemardjan. Rumusannya adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga –lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyrakat. Tekanan pada adefinis tersebut terletak pada lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagi kehidupan himpunan pokok manusia, perubahan-perubahan kemudian mempengaruhi segi-segi struktur masyarakat lainnya.
PENGERTIAN PENDIDIKAN
Pendidikan diterangkan dalam dua istilah, yaitu paedagogig dan paedagogie. Paedagogie artinya pendidikan sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Paedagogig atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelediki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Paedagogig berasal dari kata yunani yaitu paedagogiak yang berarti "pergaulan dengan anak-anak". (Purwanto,2009)
Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pengertian Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau untuk kemajuan lebih baik. Secara sederhana, Pengertian pendidikan adalah proses pembelajaran bagi peserta didik untuk dapat mengerti, paham, dan membuat manusia lebih kritis dalam berpikir.
HAKIKAT SOSIAL PENDIDIKAN
Pendidikan mempunyai definisi banyak sepanjang waktu dan sepanjang banyak orang. Setiap definisi menunjukan pandangan individu dalam lapangan pengetahuan masing-masing,
Bagi ahli biologi pendidikan adalah adaptasi.
Bagi ahli psikologi pendidikan sinonim dengan belajar
Bagi ahli filsafat pendidikan lebih mencerminkan aliran-aliran yang dimilikinya.
Definisi-definisi tersebut berselang-seling, ada yang bersifat ekstrim ada pula yang bersifat konservatif. Yang bersifat konservatif ialah memandang pendidikan sebagai suatu proses yang bersifat melindungi diri untuk menjaga status Que seseorang. Sedang yang bersifat progresif/ ekstrim adalah untuk membantu individu dalam mengerjakan sesuatu hal yang lebih baik dimana dia akan mengerjakan susuatu cara. Menurut brown: pendidikan adalah proses pengendalian secara sadar dimana perubahan-perubahan didalam tingkah laku dihasilkan didalam diri orang itu melalui didalam kelompok. Dari pandangan ini pendidikan adalah suatu proses yang memulai pada waktu lahir dan berlangsung sepanjang hidup. Pengertian pengendalian secara sadar ini berarti adanya tingkat-tingkat kesadaran dari tujuan yang hendak didapat.
Adapun fungsi-fungsi pendidikan menurut Pay Ne terdapat tiga macam, yaitu:
Asimilasi dari tradisi-tradisi disini mengakui bahwa asimilasi-asmilasi adalah merupakan hal yang penting. Pay ne menggambarkan proses asimilasi daro tradisi sebagai imitasi dan tekanan sosial .
Pengembangan dari pola-pola yang baru maka perlu dipecahkan, misalnya:
masalah perkembangan penduduk.
masalah urbanisasi.
masalah pekerjaan.
masalah penempatan wanita di dalam pekerjaan.
Kreatifitas atau pernanan yang bersifat membangun di dalam pendidikan. Kreatif adalah kemampuan pendidikan yang bersifat asli. Jadi, ide-ide yang asli itu bersifat kreatif. Pada kenyataan kemudian timbul ide.
Pendidikan mempengaruhi masyarakat yang pada akhirnya terjadi perubahan sosial.Perubahan sosial sebagai bentuk inovasi yang berkaiatan dengan seluruh aspek kehidupan manusia yang bertujuan meningkatkan kemakmuran. Bermacam konsep perubahan sosial disodorkan para ahli dalam menganalisis fenomena tersebut yaitu, konsep kemajuan sosial, konsep sosialistik, konsep perubahan siklus, teori sejarah, teori pertikularistik, toeri sosiologi serta sosiologi dan perubahan sosial.(Ahmadi, 1991)
PENGARUH PERUBAHAN SOSIAL DI BIDANG PENDIDIKAN
Kecepatan perubahan sosial dalam berbagai masyarakat berbeda-beda. Perubahan dalam masyarakat yang terpencil berjalan lambat, akan tetapi bila denga terbukanya komunikasi dan transportasi daerah itu berkenalan dengan dunia modern, maka masyarakat ini berkembang dengan lebih cepat.
Ada aspek-aspek kebudayaan seperti adat-istiadat yang disampaikan turun-temurun dalam bentuk aslinya, akan tetapi banyak pula ada kebiasaan yang mengalami perubahan, terutama dalam masyarakat modern. Disamping itu terdapat perbedaan kecepatan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Perubahan menegnai benda-benda material seperti alat-alat, pakaian, hasil industri misalnya mobil, radio, arloji, dan sebaginya. Sangat cepat, orang senantiasa mencari barang yang paling modern dan paling baru. Barang-barang “uit de mode” yang ketinggalan jaman segera ditukar dengan yang baru. Sebaliknya terdapat hambatan dan tantangan yang keras terhadap perubahan dalam agama, adat istiadat, nila-nilai, norma-norma, bentuk pemerinthan, filsafat hidup dan sebagainya.
Usaha untuk mencegah perubahan tidak selalumudah karena sering ada hubungan perubahan materil dengan perubahan kultural. Dibukanya jalan raya ke daerah terpencil, terbukanya desa bagi surat kabar, radio, TV dan film membawa prubahan dalam berbagai aspek kebudayaan. Pola hubungan antara manusia seperi pergaulan antara anak dengan orangtua, hubungan antar seks, dan sebagainya. Sering mengalami perubahan yang sukar di elak kan. Demikian pula, pendidikan dan sekolah tak luput dari perubahan, karena pendidikan senantiasa berfungsi di dalam dan terhadap sistem sosial tempat sekolah itu berbeda.(Nasution, 1995)
Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat berpengaruh terhadap pendidikan, maka perlu diketahui kearah mana perubahan sosial itu bergerak dalam masyarakat. Yang jelas, perubahan bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi, setelah meninggalkan faktor itu, mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu bentuk yang sama sekali baru,namun mungkin pula bergerak ke arah suatu yang sudah ada di dalam waktu yang lampau. Usaha-usaha masyarakat Indonesia bergerak ke arah modernisasi dalam pemerintahan, angkatan bersenjata, pendidikan, dan industrialisasi yang disertai dengan usaha untuk menemukan kembali kepribadian Indonesia, merupakan contoh dari kedua arah yang berlangsung pada waktu yang sama pada masyarakat kita. Jauh sebelum orang belanda datang ke Indonesia orang Jawa telah mempunyai lembaga-lembaga pendidikan tradisionalnya. Dalam cerita-cerita wayang, sering diceritakan bahwa guru yang bijaksana mengumpulkan kaum muda sebagai cantriknya di tempat kediamannya serta mengajarkan kepada mereka bagaimanacaranya untuk dapat hidup sebagai warga masyarakat yang baik. Cantik-cantrik tersebut hidup bersama-sama dengan guru mereka dalam pondok-pondok dimana mereka bekerja untuk kelangsungan hidupnya dan kehidupan gurunya, sambil menerima ajaran-ajaran guru disela-sela pekerjaan sehari-hari. Sistem tersebut berlangsung berabad-abad lamanya baik waktu pengaruh Hindu, Budha, maupun Islam masuk, hingga kini. Dengan masuknya pengaruh Islam para guru dinamakan Kiai, sedangkan pondok-pondok tersebut dinamakan pesantren yang artinya adalah tempat para santri (yaitu orang-orang yang mendalami mendalami ajaran- ajaran agama Islam). Karena kiai hanya mempunyai satu atau beberapa keahlian saja, maka banyak murid-murid yang belajar pada beberapa orang Kiai, agar mendapatkan pengetahuan yang lebih luas. Tidak ada persyaratan khusus yang harus dipenuhi oleh seseorang yang hendaka belajar pada pesantren tersebut kecuali bahwa ia sungguh-sungguh belajar dan memenuhi segala persyaratan yang ditentukan oleh hukum agama. Kehidupan di pesantren diatur sebagai saru keluarga dipimpin oleh Kiai. Diluar pesantren para pemuda-pemudi dapat pula memperoleh pendidikan keagamaan, misalnya dimasjid-masjid.
Akhir-akhir ini, banyak sekolah-sekolah yang didirikan oleh lembaga-lembaga Agama Islam dimana para siswa juga mendapatkan pelajaran Dunia pendidikan harus memposisikan diri sebagai agen perubahan Pemahaman monokultur harus diarahkan pada multikultur Harus disadari bahwa kehidupan itu majemuk dan semakin majemuk, namun paradigma pendidikan belum berubah ke arah itu. Pendidikan di Indonesia masih mengacu pada budaya, kehendak, keinginan tunggal. Kedua, pendidikan harus memposisikan diri sebagai pelaku transformasi besar-besaran. Pendidikan yang hanya diperuntukkan mencerdaskan otak harus ditransformasikan ke dalam perspektif yang holistik yakni mencerdaskan perilaku secara keseluruhan. pendidikan harus mampu mengkonstruk identitas budaya bagi manusianya. Budaya kita adalah budaya plural.
Mengenai halal yang berhubungan dengan soal keduniawian. Sekolah tersebut dinamakan madrasah. Sistem pendidikan demikian tidak mengalami perubahan mencolok, kecuali para santri kemudian di perkenankan mengikuti pelajaran-pelajaran sekolah. Tapi, setelah ada perubahan sosial yang terus-menerus, pendidikan cenderung mengarah kepada sekuler, kecenderungan tersebut nampak pula pada madrasah dimana para siswa meminta agar diajarkan lebih banyak hal yang menyangkut sosial keduniawian. Dari gejala tersebut tidaklah dapat disimpulkan bahwa madrasah dan pesantren-pesantren tersebut sebagai lembaga pendidikan akan terdesak oleh lembaga-lembaga pendidikan sekuler. Akan tetapi keinginan-keinginan yang kuat untuk mendapatkan pendidikan yang sekuler rupa-rupanya lebih kuat pada generasi muda. Pendidikan di indonesia di anggap sebagai alat untuk mengadakan perbaikan-pebaikan, dahulu pusat perhatian adalah kebahagiaan di dunia akhirat, tetapi dewasa ini pusat perhatian lebih di tunjukan pada kehidupan manusia. Pendidikan keagamaan seyogyanya di sesuaiakan dengan aspirasi muda, sejak proklamasi kemerdekaan. Sikap dan alam pemikiran mengenai ke duniawian dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada sikap. (Soekanto 1990).
Tadi adalah kasus perubahan sosial yang terjadi di bidang pendidikan pada sistem pencarian ilmu yang dilakukan oleh orang yang ingin menimba ilmu dari mencari ilmu kepada ahlinya dan sesuai dengan keinginannya, sampai berubah di zaman sekarang ini mencari ilmu dengan menentukan sekolah atau jurusan apa yang ia inginkan dan di dalammnya sudah terdapat kurikulum yang sesuia dengan visi misi sekolah.
Contoh-contoh bentuk perubahan sosial dibidang pendidikan adalah sebagai berikut:
Cara mengajar
Cara mengajar berubah seiring perkembangan jaman. Berbagai penelitian telah dilakukan seperti metode belajar, strategi belajar mengajar, dan lain-lain. Tentu saja, dengan penelitian itu mereka menginginkan cara mengajar yang lebih baik sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Selain itu, perkembangan teknologi juga semakin memajukan cara mengajar. Seperti penggunaan proyektor dalam mengajar.
Hukuman pelanggaran yang dilakukan peserta didik
Sudah kita ketahui dahulu, terdapat sebagian guru yang menghukum muridnya dengan hukuman fisik. Namun, saat ini telah ada undang-undang perlindungan anak. Sehingga guru jaman sekarang tidak bisa menghukum muridnya dengan hukuman fisik, tapi harus menghukum peserta didik dengan cara yang bermanfaat namun tetap dapat menimbulkan efek jera.
Metode Belajar
Di beberapa sekolah, metode belajar berubah menjadi lebih modern mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti penggunaan laptop dan tablet PC. Dan disekolah sudah mulai disediakan WiFi untuk mempermudah siswa untuk mengakses internet dan mencari sumber belajar.
Membuat Tugas
Dahulu, apabila siswa ingin membuat tugas yang memerlukan pemahaman yang baik dengan banyaknya refensi, ia harus pergi keperpustakaan kota, sekolah, ataupun universitas. Namun, dewasa ini sangat berbeda, siswa dapat mengerjakan tugas dengan mencari buku dan refensi yang diperlukan dengan tidak hanya mengandalkan buku yang bersifat fisik namun juga digital yang dapat diakses di telepon genggam pintar ataupun laptop melalui koneksi internet.
Kurikulum
Kurikulum adalah perubahan terbesar di bidang pendidikan. Kurikulum mencakup bahan atau materi yang harus diajarkan kepada peserta didik sesuai mata pelajaran dan jenjangnya. Ketika kurikulum berubah, guru dan siswa harus menyesuaikan segalanya yang semua itu sudah diatur pemerintah.
Beda halnya dengan jaman dahulu yaitu siswa menentukan apa saja yang akan ia pelajari dengan mendatangi seseorang yang ahli di bidangnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan mempunyai definisi banyak sepanjang waktu dan sepanjang banyak orang. Setiap definisi menunjukan pandangan individu dalam lapangan pengetahuan masing-masing,bagi ahli biologi pendidikan adalah adaptasi, bagi ahli psikologi pendidikan sinonim dengan belajar, bagi ahli filsafat pendidikan lebih mencerminkan aliran-aliran yang dimilikinya.perubahan sosial yang terjadi di masyarakat berpengaruh terhadap pendidikan, maka perlu diketahui kearah mana perubahan sosial itu bergerak dalam masyarakat. Yang jelas, perubahan bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Contoh bentuk perubahan sosial dalam bidang pendidikan yaitu cara mengajar cara mengajar, Hukuman pelanggaran yang dilakukan peserta didik, Metode Belajar, Membuat Tugas, dan Kurikulum.
SARAN
Dunia pendidikan harus memposisikan diri sebagai agen perubahan sosial yang mengarah pada suatu hal yang baik, Pemahaman harus diarahkan pada multikultur yang disadari bahwa kehidupan itu majemuk dan semakin majemuk, namun paradigma pendidikan belum berubah ke arah itu. Pendidikan di Indonesia masih mengacu pada budaya, kehendak, keinginan tunggal,pendidikan juga harus memposisikan diri sebagai pelaku transformasi besar-besaran. Pendidikan tidak hanya diperuntukkan mencerdaskan otak tapi harus juga ditransformasikan ke dalam mencerdaskan perilaku secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Agung, Sosiologi Pendidikan, Jakarta;PT. Rineka Cipta, 1991
Purwanto Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan praktis, Bandung; PT.Remaja RosdaKarya, 2009.
Hanani Silvia, Sosiologi Pendidikan ke Indonesiaan, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2013
Nasution S, Sosiologi Pendidikan, Jakarta; Bumi Aksara, 1995